š« Rintangan Apa Yang Biasanya Dihadapi Oleh Pemilik Wirausaha
Dalamsegi bisnis apapun yang akan di jalani, ada baiknya membuat coretan planning (bisnis plan) agar perjalanan usaha ke-depannya lebih tertata dan terencana supaya membuahkan hasil yang lebih maksimal. BIASANYA YANG TERJADI: "MODAL KECIL > UNTUNG KECIL > RESIKO KECIL > HASIL KECIL" "MODAL BESAR > UNTUNG BESAR > RESIKO BESAR > KERUGIAN BESAR"
. Ada banyak alasan yang mendasari seseorang untuk terjun ke dalam dunia wirausaha, diantaranya karena bosan dengan pekerjaan kantoran, atau karena merasa memiliki ābakatā berdagang. Alasan lainnya, karena ingin bebas melakoni pekerjaan yang digemari, tanpa kewajiban untuk melapor ke atasan. Sayangnya, tak banyak wirausahawan yang menyadari beratnya tantangan yang harus dihadapi, terutama saat pertama kali merintis usahanya. Alhasil, semangat yang menggebu-gebu di awal perintisan wirausaha akhirnya meredup, dan bahkan berujung pada kerugian dan gulung tikar. Tentunya, ini bukanlah hasil yang ingin Anda capai. Karena itu, melalui blog post berikut, kami ingin mengingatkan kembali kepada Anda tantangan-tantangan apa saja yang akan Anda hadapi ketika akan memulai sebuah wirausaha. 7 Tantangan untuk Memulai Wirausaha 1. Tidak mampu melihat potensi masalah yang meningkat Tentu saja, ide wirausaha Anda terlihat sangat brilian dan tanpa cela saat mereka pertama kali muncul dalam benak Anda. Namun sesungguhnya, potensi masalah akan mulai muncul, dan akan terus meningkat dengan kecepatan mengejutkan, saat Anda mulai memasuki setiap fase berikut ini ā Merefleksikan kembali ide wirausaha yang muncul di kepala Anda, dan memvalidasi potensi ide tersebut secara pribadi ā Berbagi ide wirausaha Anda dengan orang-orang terdekat, tak peduli apakah mereka memiliki pengetahuan yang cukup seputar dunia wirausaha atau tidak ā Berbagi ide wirausaha dengan orang-orang yang menurut Anda memiliki visi, misi dan pemikiran yang serupa dengan Anda ā Melakukan riset pasar secara pribadi ā Merekrut rekan-rekan wirausaha yang nantinya akan Anda bayar termasuk vendor dan pihak ketiga lainnya ā Berbicara dengan propek potensial ā Berbicara dengan investor potensial Kenyataannya, jika Anda tidak memahami tingkat potensi masalah di setiap fase yang akan Anda jalani tersebut di atas, Anda akan menyadari bahwa Anda memasuki setiap fasenya dalam keadaan tidak siap, yang akhirnya akan mengantarkan Anda pada kegagalan tak terhindarkan. 2. Menyalahartikan aktivitas sebagai progress Sebagai perintis wirausaha, ada banyak sekali hal yang harus Anda lakukan, dan banyak pula hal yang bisa Anda lakukan, meski awalnya tidak Anda rencanakan. Banyak sekali aktivitas yang telah Anda lakukan, tanpa pemberitahuan sama sekali kepada konsumen potensial Anda. Lebih lucunya lagi, Anda bisa saja melakukan suatu pekerjaan, yang pada akhirnya membuat daftar pekerjaan Anda justru jadi bertambah semakin banyak. Misalnya saja, Anda akhirnya memutuskan untuk mendaftarkan hak paten, bukan hanya satu, namun lima produk sekaligus. Tentunya, hal ini membuat Anda harus bekerja ekstra. Ujung-ujungnya pun, Anda akan dibebani semakin banyak pekerjaan lainnya, misalnya pengurusan berbagai dokumen dan perijinan, yang tentunya memiliki runtutan pekerjaan lainnya lagi, dan seterusnya. Yang menyedihkan, seringkali pemilik wirausaha menyalahartikan aktivitas dan pekerjaan-pekerjaan yang padat itu sebagai progress. Sekedar saran, segala bentuk aktivitas yang tidak menghasilkan nilai tambah yang bisa terukur bagi konsumen Anda harus dipertanyakan. Ada kemungkinan itu semua hanyalah aktivitas yang tidak berujung ke mana-mana. 3. Kekurangan pencapaian yang berharga Kecuali jika Anda berhasil menciptakan sebuah produk baru yang sangat mencengangkan, Anda perlu menciptakan sebuah identitas yang akan meningkatkan kredibilitas wirausaha Anda. Publik harus mampu dengan mudah memahami dan mengapresiasi mengapa Anda orang yang tepat untuk membawa bisnis wirausaha ini menuju masa depan yang lebih cemerlang. Jika mereka tidak percaya kepada Anda, tak perlu waktu lama bagi mereka untuk kehilangan kepercayaan mereka pada wirausaha yang Anda rintis juga. Kenyataannya, publik masih menilai sebuah buku dari sampulnya, dan menilai seorang wirausahawan dari pencapaian-pencapaian berharga yang pernah mereka capai sebelumnya. Jadi, Anda sebaiknya mempersiapkan diri untuk menghadapi hal itu. 4. Tidak tahu apa yang sebaiknya tidak dilakukan Waktu adalah aset paling berharga yang Anda miliki saat ini. Jadi, yang terpenting bagi Anda adalah tidak hanya mengetahui hal-hal apa yang harus Anda lakukan, namun lebih penting lagi adalah, mengetahui apa yang tidak seharusnya Anda lakukan. Dan, bagaimana Anda bisa mengetahui hal itu? Jawabannya, semua kembali pada pengalaman dan jam terbang Anda. Namun, mengingat Anda baru pertama kali menjalani bisnis wirausaha, maka tentu saja pengalaman bukanlah kekuatan utama Anda. Jadi, cobalah Anda bertukar pikiran dengan orang-orang yang sudah pernah menjalani bisnis wirausaha sebelumnya, yang sudah berpengalaman, dan mau mengajari Anda. 5. Tidak mau mengakui kesalahan Anda harus mulai belajar untuk mengenali kesalahan, mengakuinya, dan melanjutkan pekerjaan lainnya. Saat Anda mengambil sebuah langkah yang keliru, atau menghadapi sebuah hambatan, akan jauh lebih baik jika Anda mengakui kesalahan Anda, dan menyiapkan diri untuk aktivitas-aktivitas lain Anda selanjutnya. Saat Anda terlalu lama berjibaku dalam mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, hanya sekedar untuk melepaskan diri dari ketidaknyamanan berada pada posisi yang disalahkan, sadarilah bahwa dalam posisi ini tidak akan ada yang akhirnya menjadi pemenang. Jika Anda dikelilingi oleh orang-orang yang cerdas, mereka tidak akan menggubris hal ini lebih lanjut; namun, jika orang-orang di sekeliling Anda justru mempermasalahkan siapa yang harus disalahkan jika terjadi kesalahan ā dan membuktikan bahwa mereka sebenarnya tidak secerdas yang ingin mereka akui ā maka, sebenarnya masalah yang Anda hadapi jauh lebih besar dari yang Anda bayangkan. Lumrah jika kondisi pertama yang Anda masuki saat pertama kali merintis bisnis wirausaha adalah di posisi yang tidak nyaman, namun ketahuilah bahwa itu merupakan bagian dari proses perkembangan. Dan, dengan terus bertahan dengan kekeras-kepalaan untuk tidak mau menjadi penanggungjawab kesalahan, maka Anda tidak hanya mencoreng nama baik Anda sendiri, namun juga orang-orang lain di sekitar Anda. 6. Mencoba memperbaiki kelemahan secara instan Mencoba memperbaiki kelemahan saat pertama kali memasuki dunia wirausaha ibarat mencoba memperbaiki ban yang bocor saat kendaraan Anda masih melaju. Sadarilah bahwa tidak ada masa āuji cobaā dalam perintisan bisnis wirausaha. Semuanya sangatlah nyata. Satu-satunya cara untuk bisa memenangkan permainan ini adalah dengan menggunakan kekuatan Anda, berinvetasi pada kekuatan Anda, dan berinvestasi pada tim yang bisa menutupi kelemahan Anda. 7. Meyakini bahwa semuanya bisa Anda control Ini merupakan masalah klasik yang masih terus dihadapi orang yang baru terjun ke dalam dunia wirausaha. Kenyataannya, kepercayaan diri dan kesombongan hanya dipisahkan dengan garis tipis. Anda bisa saja berkilah bahwa Anda memiliki kepercayaan diri yang luar biasa, untuk menutupi keangkuhan Anda, sampai pada akhirnya Anda dipaksa untuk mengakui kesombongan Anda oleh kegagalan. Ada sebuah pepatah dari Afrika yang cocok digunakan untuk menggambarkan situasi ini, dan beberapa skenario lainnya. Pepatah tersebut berbunyi seperti ini āJika Anda ingin melaju dengan kencang, berkendaralah seorang diri. Jika Anda ingin melaju dengan jauh, berkendaralah bersama-sama.ā Wirausaha adalah suatu āpermainanā yang hanya bisa Anda menangkan dalam jangka panjang. Ini adalah suatu āpermainanā yang melibatkan banyak sekali pihak, di luar diri Anda sendiri. Jangan pernah percaya jika ada yang mengatakan bahwa dengan berwirausaha, artinya Anda bisa mengontrol semua hal, dari yang terbesar hingga yang terkecil, seorang diri; tak peduli seberapa cerdasnya dirimu. Tujuh hal di atas ini adalah tantangan yang terkadang tidak disadari mereka yang baru terjun dalam dunia wirausaha. Tapi, bukan berarti itu sudah mencakup semua hal yang mungkin bisa merintangi usaha Anda membesarkan wirausaha Anda. Akan ada banyak tantangan lain yang mungkin Anda hadapi selama perjalanan Anda. Jangan khawatir, semua yang Anda lakukan tidak akan sia-sia. Apapun bidang wirausaha yang Anda geluti, Anda pasti akan bisa memetik banyak pelajaran berharga. sribucorner
Dalam memulai karier menjadi seorang wirausahawan, tentunya akan menemui banyak sekali tantangan yang harus dihadapi. Terlebih untuk orang-orang non-previleged seperti saya dan tumbuh di lingkungan yang hampir 95% keluarga pegawai negeri, kita harus memberi pemahaman tertentu agar mereka setuju dengan apa yang kita pilih untuk lakukan. Disclaimer untuk fresh graduates, menjadi seorang wirausahawan BUKANLAH pelarian dari tidak mau jadi pegawai kantoran. Pastikan dari hati Anda memang teguh untuk menjadi wirausahawan dan Anda memiliki cukup niat dan resources untuk memulainya. Tapi sadarkah Anda, bahwa langkah āmenjelaskan ke keluargaā seperti yang saya alami di paragraf pertama hanyalah step āpra-aksiā atau sebelum melakukan. Ketika Anda sudah benar-benar menjalankan sebuah usaha, maka setidaknya akan menghadapi 7 tantangan berikut, sebagaimana saya sarikan dari Forbes, Business Insider, dan pengalaman sendiri. Mengambil lompatan pertama Merencanakan usaha yang diambil adalah salah satu hal yang harus juga Anda lakukan di awal-awal, bahkan sebelum Anda mendirikannya. Tidak terpaku pada dokumen-dokumen seperti Business Model Canvas atau analisis SWOT, tapi juga kesiapan fisik dan mental perlu juga dipersiapkan. Mencari dana untuk startup yang Anda bangun juga perlu. Apakah dari dana sendiri; dari pinjaman lunak pemerintah seperti KUR; atau dari hasil menjual aset yang Anda punyai? Semuanya menjadi pertimbangan penting. Namun jangan sampai Anda terjebak pada kebanyakan merencanakan tapi usahanya nggak jalan-jalan. Sambil jalan, sambil mulai apa yang bisa. Buat skala prioritas dan dahulukan dari yang mudah, misal menyiapkan akun Instagram bisnis atau menata ruang kantor agar ergonomis dan bisa jadi lebih produktif. Butuh kesabaran untuk melihat hasil Jadi wirausahawan tidak seperti pekerja kantoran atau PNS yang dalam bulan pertama langsung dapat gaji sesuai nominal yang disepakati di awal. Perlu kesabaran ekstra untuk menunggu hasil sambil menata usaha yang baru saja diperkenalkan. Membangun portofolio, meningkatkan ulasan diri di LinkedIn, atau mengoptimalkan Fiverr bisa Anda lakukan sembari menunggu klien pertama datang. Tidak ada waktu berpangku tangan bagi seorang wirausahawan. Pengalaman saya pribadi dalam membangun birudeun Creative Agency, baru sekitar satu tahun setelah berdiri efektif, startup kami menemukan klien. Jika startup Anda dibangun dengan tim, saling menguatkan dan tidak berhenti berkarya adalah salah satu kunci agar startup Anda dilirik klien. Apalagi jadi single fighter seperti saya di awal-awal, karena background saya pendidikan teknik praktikal, saya harus belajar tentang mengelola kantor seperti manajemen arus kas, manajemen SDM, public relations, dan lain-lain. Saya selalu sempatkan waktu untuk belajar di LinkedIn Learning, Hubspot, Udemy, dan lain-lain di malam hari bahkan hingga dini hari. Manajemen waktu dan diri Seorang wirausaha memiliki waktunya sendiri, tapi bukan berarti abai dalam memanfaatkan waktu. Waktu yang digunakan untuk hiburan harus rela untuk sedikit dikorbankan menjadi waktu dalam mengembangkan bisnis. Tak lupa, mengembangkan personal branding seperti di LinkedIn atau platform portofolio online sangat penting sebagai bukti bahwa kita memang kompeten di bidang yang kita geluti. Sedikit tips dari saya ialah buat jadwal harian dan mingguan/bulanan. Apa saja yang ingin dicapai dalam hari ini, list dalam notes Anda kemudian lakukan satu persatu. Dalam jadwal mingguan/bulanan, pastikan yang ditulis adalah hal-hal yang makro seperti progress dalam metode pengembangan software misalnya tidak bisa sehari, kan?. Pecah jadwal yang makro tersebut dalam pekerjaan-pekerjaan kecil harian. Mendelegasikan pekerjaan Ini berlaku untuk Anda yang menjalankan usaha sebagai tim. Sebagai pemimpin atau yang dipimpin, dua-duanya sama-sama harus memiliki kemampuan mendelegasikan pekerjaan. Dalam startup yang masih kecil dan bertumbuh, biasanya pembagian tugas tampak tidak clear. Nah, manfaatkan hal tersebut dengan saling mem-backup pekerjaan teman, meskipun harus tetap jelas pembagiannya di awal. Hal ini bertujuan agar apa yang hendak dicapai dalam sebuah progress bisa segera tercapai. Karena, orang bijak berkata pekerjaan yang baik bukanlah pekerjaan yang sempurna, tapi pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang selesai. Setuju? Menyeimbangkan antara kesempurnaan dan progres Meskipun demikian kata orang bijak tadi, tapi kita harus selalu berupaya untuk mengarah ke kesempurnaan. Progres yang sudah dijalani dengan sekian lama harus benar-benar jadi āprogres sejatiā sesuai dengan harfiahnya progres yakni kemajuan. Perusahan yang dibangun harus memiliki kemajuan dari waktu ke waktu, menghindari zona nyaman dan stagnan. Nah, di titik ini biasanya banyak wirausahawan-wirausahawan pemula yang tidak melanjutkan langkahnya, karena tidak menemukan kemajuan. Padahal, menurut saya, kemajuan bukan ditemukan, tapi diupayakan. Ya seperti tadi, memperbanyak portofolio, memperbaiki LinkedIn atau media sosial lainnya, dan sebagainya. Menjaga ego di bawah kontrol Ego Anda dapat membikin Anda jadi membuat banyak kesalahan, keputusan buruk, dan yang parahnya lagi kadang membiarkan sisi ākebinatanganā dalam diri Anda mengamuk. Tak hanya dengan tim, hubungan Anda dengan klien, jika Anda tidak menjaganya dengan penuh perhatian akan berakhir tidak bagus bahkan sampai putus kerja sama. Oleh karena itu, menjaga ego di bawah kendali penuh sangat perlu. Kadang, saya pun emosi dan marah ketika ada tujuan yang tidak tercapai atau ada anggota tim yang tidak sesuai ekspektasi. Tapi, setelah itu jangan lupa untuk introspeksi dengan hati jernih bahwa apakah kesalahannya tadi murni kesalahan dia, atau ada campur tangan saya yang membuat kerjanya tidak optimal? Merelakan diri untuk siap melihat runtuhnya perusahaan Terakhir, dalam kondisi yang sangat tidak diharapkan oleh semua pihak, kita sebagai wirausahawan harus memiliki kelapangan hati untuk melihat apa yang kita bangun menjadi hancur atau perlahan menurun. Sejujurnya, saya pun tidak siap untuk ini jika kelak terjadi jangan sampai, naudzubillah. Memang, yang marak di media ialah orang-orang berbicara tentang mengumpulkan uang dalam jumlah besar, ataupun dan menjual perusahaan seharga miliaran dolar. Nah, yang sedikit dibicarakan adalah tantangan dan rasa sakit melihat perusahaan yang dulu dicintai kini berkinerja buruk atau jadi bangkrut. Namun, jika kita memiliki jiwa yang berbesar hati dan pantang menyerah, insya Allah kita bisa segera keluar dari situasi yang sulit dan memulai hal yang baru lagi, menatap ke depan dengan belajar dari kesalahan yang telah lalu.
JAKARTA - Memiliki bisnis waralaba adalah impian yang menjadi kenyataan bagi sebagian pengusaha. Namun ide-ide waralaba yang berbeda terus bermunculan, mungkin sulit untuk membangun merek yang bisa dijual dan unik khususnya saat pandemi halnya bisnis lain yang sedang berkembang, industri waralaba menghadapi tantangan uniknya satu titik, beberapa perusahaan mungkin mengalami pertumbuhan yang cepat hanya untuk akhirnya dihadapkan dengan berbagai rintangan ketika akab memperluas brand mereka. Terkadang, tantangan dalam bisnis waralaba dapat diramalkan, tetapi mereka juga dapat mengejutkan melalui Global Trade Magazine, berikut adalah lima tantangan yang dihadapi franchisor hari ini 1. Kurangnya Modal KerjaSalah satu dari banyak alasan mengapa bisnis gagal adalah karena modal kerja yang tidak mencukupi. Beberapa tahun pertama dalam menjalankan waralaba biasanya yang paling industri waralaba, penting untuk diingat agar tidak meremehkan anggaran. Pengusaha waralaba harus menghasilkan pendapatan yang cukup untuk mendukung infrastruktur, kampanye pemasaran, operasi bisnis, serta keuangan penting dapat memakan waktu bertahun-tahun bagi bisnis waralaba untuk menghasilkan uang yang cukup untuk mendukung struktur bisnis, pengusaha harus memiliki modal yang cukup untuk mendanai sendiri bisnis tersebut hingga mencapai titik itu. Seringkali, mereka akan mengambil pinjaman bisnis waralaba untuk mengelola Pewaralaba yang penuh keraguanDengan meningkatnya pendapat negatif tentang waralaba, banyak calon pewaralaba ragu untuk mengambil opsi bisnis. Akibatnya, mereka sering mempertanyakan motif dan strategi perusahaan waralaba. Ini dengan mudah dapat menjadi gangguan dan hambatan utama dalam pertumbuhan perusahaan waralaba. Karena itu, kinerja mereka menjadi terbatas dan dapat merusak proses perusahaan yang sedang pemilik waralaba, Anda dapat mencegah hal ini terjadi. Jangan biarkan franchisee Anda bertanya-tanya. Berikan informasi yang diperlukan, hilangkan kesalahpahaman, dan pastikan untuk segera menjawab semua pertanyaan sejujur transparan dengan proses bisnis Anda, serta cara-cara bagaimana Anda mencapai tempat Anda hari ini. Pastikan untuk menyertakan pewaralaba Anda dalam setiap keputusan bisnis, sehingga motif dan tindakan Anda tidak akan dianggap mementingkan diri Menemukan pewaralaba yang tepatUntuk menjadi pewaralaba, pengusaha yang tertarik harus melalui sejumlah proses, dengan uji tuntas menjadi keharusan. Namun, ada juga saat-saat ketika pemilik waralaba menjadi putus asa, terutama ketika arus kas ketat sehingga seringkali proses ini memulai bisnis waralaba, pemilik waralaba harus membangun jaringan yang memiliki reputasi baik. Mereka harus selalu membangun dan mempertahankan hubungan yang kuat dengan pemegang waralaba mereka. Ingat bahwa dalam bisnis waralaba penting untuk menemukan rekrutmen yang tepat bisnis bagi Anda. Semakin baik mereka, semakin baik untuk pertumbuhan perusahaan Mempekerjakan tim yang tepatDalam memulai bisnis apa pun, pengusaha harus dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Setelah diketahui, mereka akan tahu orang seperti apa yang harus mereka pekerjakan untuk menjembatani kesenjangan dan menghilangkan titik adalah aset terbesar dalam bisnis. Sebagai perusahaan yang sedang tumbuh, kemungkinan besar bahwa Anda harus berinteraksi dengan staf dari berbagai departemen. Idealnya, Anda harus yakin bahwa Anda semua bekerja menuju tujuan yang sama. Karena itu, Anda perlu menanamkan budaya perusahaan pada karyawan Anda dan mengambil langkah-langkah yang memastikan mereka menerimanya Penyesuaian untuk menjadi pemilik perusahaan waralabaMeskipun kedengarannya mudah bagi sebagian orang, menjadi franchisor adalah tantangan terbesar dalam menjalankan perusahaan franchising. Seorang wirausahawan mungkin terbiasa mengawasi operasi bisnis sehari-hari, namun, ketika seseorang memutuskan untuk melakukan waralaba pada bisnis mereka, serangkaian kekhawatiran baru waralaba harus memiliki kualitas pemimpin yang baik. Mereka juga harus dapat memotivasi dan menginspirasi karyawan dan pewaralaba mereka, sehingga mereka juga dapat beradaptasi dengan peran yang diberikan kepada itu, pemilik waralaba harus belajar cara untuk menahan diri dalam pengelolaan operasi bisnis mereka. Dengan merekrut tim manajemen yang tepat, pemilik waralaba dapat meluangkan waktu yang dapat mereka gunakan untuk lebih fokus pada pertumbuhan dan ekspansi harus melakukan upaya bersama untuk tidak membuat kesalahan waralaba untuk menghindari kegagalan bisnis. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Editor Novita Sari Simamora Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam
rintangan apa yang biasanya dihadapi oleh pemilik wirausaha